Jumat, 31 Oktober 2014

Sosok 2


Sosok 26 Juni 2014-10-31

Koro Pedang sebagai Alternatif Kedelai

Oleh Rini Kustiasih

Dini adalah sosok perempuan yang menekuni karirnya pada bidang pertanian, dengan modal studinya di Departemen Agronomi dan Hortikultura di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Memang sejak awal dia sudah mempunyai latar belakang keluarga petani, dia beberapa kali meriset komoditas pertanian, termasuk koro pedang tahun 2010. Koro pedang diyakini Dini bisa menjadi alternatif bagi keledai, kadar protein antara kedelai dan koro pedang tidak berbeda jauh sehingga koro pedang merupakan alternatif bagi pemenuhan kebutuhan protein nabati.
                Tingginya ketergantungan Indonesia akan kedelai impor, Dini mulai membudidayakan koro pedang yang menyerupai kacang panjang dengan buluh-buluh lebih besar ini yang ditanam di tanah Indonesia berjenis tanaman tropis. Koro pedang merupakan vegetasi yang tidak terlalu memerlukan perawatan khusus yang dia tempatkan di lahan Perhutani penduduk Sumedang. Dengan bantuan kakek-neneknya yang petani, Dini yang baru lulus kuliah tahun 2012, mulai mendekati para petani di Sumedang untuk merintis penanaman koro pedang.
                Dini mulai mengadakan pertemuan-pertemuan dengan warga dan RT setempat, dia menyediakan konsep dan menyampaikan visi ke depan tentang masa depan budidaya korong pedang itu. Melalui kakeknya, Dini belajar tentang pendekatan petani dengan contoh. Dengan lahan seluas 9 hektar dan hasil yang memuaskan pada panen pertama dan kedua, banyak petani ikut serta dalam menanam koro pedang dan menjualnya kepada pembeli melalui Dini menggunakan sistem plasma.
Tahun 2010, dia menjadi peserta Entrepreneurship Camp, dia menjalin jaringan dengan pengusaha peternakan yang akan membuat kontrak pembelian koronya. Dini bekerja sama dengan pengusaha peternakan untuk menjadikan koro pedang sebagai pakan ternak. Koro pedang dihargai Rp 3200 per kilogram, hasil penjualan panen tsb akan dipotong untuk biaya modal yang dikeluarkan di awal.
Koro pedang mulai dilirik sekitar 20 keluarga petani pada lahan 5 hektar, mereka mendapatkan lapangan pekerjaan baru dengan upah bervariasi, laki-laki mendapatkan Rp 35000-Rp 40000 perhari sedangkan perempuan mendapatkan 25000-30000 perhari. Karena belum banyak pemain yang membudidayan koro pedang ini diyakini Dini sebagai Potensi Besar untuk mengembangkan koro pedang sampai keluar negri dan sudah terdengar oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka yang sudah membawa sampel koro pedang dalam pameran pertanian di Turki


Komentar Pribadi saya: Sosok Dini ini mengajarkan kita bahwa ketika kita menekuni dan dipercayai apa yang menjadi profesi kita, pastilah kita akan menuai banyak dari apa yang telah kita tabur. Dini menunjukkan sikap kerendahatiannya dengan tidak mementingkan keuntungannya sendiri melainkan membuat lapangan pekerjaan yang baru bagi kaum petani. 

2 komentar:

  1. Menurut pendapat saya, dalam ringkasan dalam topik berikut cerita tersebut mempunyai alur cerita yang baik karena mampu dalam meceritakan secara ringkas serta detail.

    BalasHapus
  2. saya coba namam koro pedang saya mau benihnya beli dimana ya ?

    BalasHapus