Berpikir Kritis
Sejak kanak-kanak manusia sudah memilki kecenderungan dan kemampuan untuk berpikir. Kecenderungan manusia memberi arti pada berbagai hal dan kejadian di sekitarnya yang merupakan indikasi dari kemampuan berpikir atau terbentuknya aktivitas mental dan kognitf sejak manusia lahir. Kecenderungan ini dapat di temukan pada seorang anak kecil yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu
Strategi Berpikir Kritis di dalam Belajar
Proses dimulai dengan setiap pernyataan dari apa yang akan dipelajari, menampilkan temuan yang tidak terbatas dan pertimbangan akan kemungkinan-kemungkinan, serta kesimpulan pada pola-pola pengertian yang didasarkan pada kejadian.
Alasan-alasan, penyimpangan, dan prasangka baik para pengajar maupun para ahli membandingkan dan membentuk lembaga penilaian.
Perbedaan antara Pemikir Kritis dan Bukan Pemikir Kritis
Pemikir kritis
- mengidentifikasi informasi yang relevan dan memisahkan informasi yang irelevan
- memanfaatkan informasi untuk merumuskan solusi masalah atau mengambil keputusan
— Bukan pemikir kritis
- Mengumpulkan fakta dan informasi, memandang semua informasi sama pentingnya
- Tidak melihat, menangkap, maupun memikirkan masalah inti
Pengertian Berpikir Kritis menurut beberapa ahli
· Gokhale (1995) dalam penelitiannya Collaborative Learning Enhances Critical Thinking menyatakan bahwa soal yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep.
· Ennis (dalam Hassoubah, 2004): berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
· Sumadi Suryabrata (2002: 55) mengemukakannya dalam Pembentukan pengertian yaitu menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis, contohnya kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisis ciri-cirinya. Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan yaitu hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah:
1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada.
2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis.
3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks
manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari, sebagaimana dalam sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah.
Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya pemecah masalah bangsa Indonesia ini.
Sumber
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Fathurrohman,%20S.Pd.,M.Pd/Berpikir%20Kritis.pdf
http://www.studygs.net/indon/crtthk.htm
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&uact=8&ved=0CBwQFjAAOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.ditdik.itb.ac.id%2Fsoft_skills%2Fzip%2FArtikel%252001.%2520Berpikir%2520Kritis_OK.doc&ei=Ax1RVN6DB4Xe8AWQnIDoDA&usg=AFQjCNEmGqmyIvmuWESwim33lAHurNqlZQ&sig2=EdjTU_oA8KDu2ha6So2_YA&bvm=bv.78597519,d.dGc
http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-kemampuan-berpikir-kritis.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195101061976031-TATANG_MULYANA/File_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan_Kreatif_Matematik.pdf
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0CFoQFjAH&url=http%3A%2F%2Ffk.uns.ac.id%2Fstatic%2Fmateri%2FBerpikir_Kritis-Prof_Bhisma_Murti.ppt&ei=rBdRVKmRL87t8gX5h4KoDg&usg=AFQjCNGCuqjUN5UYjfOzplH_WkO5JdSBSw&sig2=fYUaf_tzZxOJa1vCpJD4NQ&bvm=bv.78597519,d.dGc
LOGIKA
Logika merupakan studi penalaran (reasoning) yang berhubungan dengan metode berpikir..
Logika memberikan aturan-aturan dan teknik-teknik untuk menentukan apakah suatu argumen yang diberikan adalah valid. Dalam logika kita tertarik kepada benar atau salahnya dari pernyataanpernyataan (statemen-statemen), dan bagaimana kebenaran/kesalahan dari suatu statemen dapat ditentukan dari statemen-statemen lain.
“Logika” berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu.
Secara leksikal, Oxford Dictionary mendefinisikan logika sebagai “science of reasoning, proof, thinking, or inference; particular scheme of or treatise on this; chain of reasoning, correct or incorrect use of argument, ability in argument, arguments.” Meriam Webster’s Desk Dictionary menjelaskan bahwa logika adalah “a science that deals with the rules and tests of sound thinking and proof by reasoning.”
Pengertian etimologis maupun leksikal mengenai logika sebagaimana menjadi inti pengertian logika. Pertama, logika sebagai ilmu; logika adalah elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Kedua, logika sebagai seni atau ketrampilan, yakni seni atau asas-asas pemikiran yang tepat, lurus, dan semestinya. Sebagai ketrampilan, logika adalah seni dan kecakapan menerapkan hukum-hukum atau asas-asas pemikiran itu agar bernalar dengan tepat, teliti, dan teratur.
Logika tidak mempersalahkan siapa atau dalam keadaan apa pembuat penalaran itu berada. Apakah pembuat penalaran itu waras atau tidak, bukan perhatian logika. Logika juga tidak bermaksud mempelajari sistem interaksi sosial di mana si pembuat penalaran itu berada. Bidang perhatian dan tugas logika adalah menyelidiki penalaran yang tepat, lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan dari penalaran yang tidak tepat.
Logika muncul bersama dengan filsafat, logika diterima bahwa orang pertama yang melakukan pemikiran sistematis tentang logika adalah filsuf besar Yunani Aristoteles (384-322 M). menarik, karena Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah “logika”. Apa yang sekarang kita kenal sebagai logika, oleh Aristoteles dinamakan “Analitika” – penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-putusan yang benar – dan “Dialektika” – penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-putusan yang masih diragukan.
Menurut Aristoteles “logika” adalah persiapan yang mendahului ilmu-ilmu atau sebagai alat (organon) untuk mempraktikkan ilmu pengetahuan.
1 Menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak.
2 menambah daya berpikir abstrak sehingga melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
3 Mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu berdasarkan autoritas, emosi, dan prasangka
4 Logika – di masa yang sekarang dikenal sebagai “era of reason’”– membantu kita untuk mampu berpikir sendiri dan tahu memberakan yang benar dari yang palsu.
5 membantu berpikir lurus, tepat dan teratur
Macam-macam Logika
Logika dapat dibedakan atas dua macam ialah logika kodratiah dan logika ilmiah. Logika kodratiah ada pada setiap manusia karena kodratnya sebagai makhluk rasional dengan akal budi manusia dapat bekerja menurut hukum-hukum logika secara spontan atau disengaja.. Namun apabila hal yang dipikirkan itu bersifat rumit dan kompleks akal sehat saja tidak mencukupi untuk menjamin prosedur pemikiran yang tepat sebab akal sehat saja tidak dapat diuji sepenuhnya secara kritis dan ilmiah. Di sinilah kita ditantang untuk berpikir tentang caranya kita berpikir agar kita dengan sadar menerapkannya sehingga kita mempunyai kepastian akan kebenaran proses berpikir serta kepastian atas kesimpulannya. Pada tataran ini kita membutuhkan logika ilmiah sebagai penyempurnaan atas logika kodratiah. Jadi logika ilmiah adalah ilmu praktis normatif tentang hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran manusia yang akan membimbing kita mencapai kesimpulan-kesimpulan yang lurus.
Sumber:
http://kuliahfilsafat.com/2009/11/22/pengertian-sejarah-dan-macam-macam-logika/
http://sutanto.staff.uns.ac.id/files/2009/10/logika-himpunan.pdf
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Matematika%20Diskrit/Bab-01%20Logika_edisi%203.pdf
KEKELIRUAN
Fallacy adalah proses penalaran atau argumentasi yg sebenarnya tidak logis, salah arah, dan menyesatkan karena melanggar kaidah-kaidah logika maupun berupa perbincangan yang menyesatkan dengan sengaja maupun tidak sengaja memasukkan hal-hal yang dapat menimbulkan kesimpulam yang tidak sah. Fallacy adalah suatu gejala berpikir yg salah yg disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya
Sebuah kesimpulan harus ditunjang argumentasi yg benar dan sesuai nalar.
Dengan demikian, argumentasi yg dibuat adalah untuk membuktikan bahwa kesimpulan yang diperoleh dalam menalar adalah benar.
Macam Fallacy :
1. Formal Fallacy/Logical Fallacy
Sesat pikir bentuk tidak mengikuti aturan logika formal.
2. Verbal Fallacy/Logical Fallacy
Sesat pikir arti kata, pemakaian kata-kata yang salah, kemakna-gandaan dari suatu kata.
3. Non Verbal Fallacy/Material Fallacy
Sesat pikir menurut isi, menyangkut kenyataan-kenyataan yang sengaja/tidak disesatkan.
Ada banyak ragam kesalahan ketika seseorang mengungkapkan argumen-argumennya buat mendukung pernyataan yang ia yakini benar
1. generalisasi yang tergesa-gesa.
2. menganggap sebagai keniscayaan sejarah.
3. salah dalam mencari hubungan sebab akibat
4. berargumen dengan menggunakan otoritas yang tak relevan
5. berargumen dengan menyerang pribadi orang yang beragumen
Ada 3 penyebab yang dapat membuat seseorang sesat dalam mengambil kesimpulan ketika berlogika, yaitu:
◦ Sesat karena melanggar hukum-hukum logika.
◦ Sesat karena ambiguitas dalam bahasa yang digunakan.
◦ Sesat karena suatu argumen ternyata memuat premis-premis yang tidak berhubungan/relevan dengan kesimpulan yang akan dicari. Dengan kata lain, kesimpulan tidak dapat dibentuk dari premis-premis yang ada.