Minggu, 10 mei 2015 ( 08.00-11.00 wib)
Di pagi hari dengan panas matahari yang hangat.
Dimulai dari jam 08:00 pagi kami sudah bersiap-siap menuju slums yang tepatnya berada dipinggiran Kali mall Taman Anggrek. Ketika kami datang, kami disambut dengan ramah oleh seorang ibu yang usianya kira-kira sudah separuh baya, lalu kami menjelaskan kedatangan kami ke sini untuk mengajar anak-anak yang berada di pemukiman rumah-rumah kumuh berlapis kayu.
Tikar mulai digelar, anak-anak mulai berdangan mengisi tempat kosong untuk di duduki. Tak Kenal maka Tak Sayang, dimulai dari Hanif. Disini kami mulai mengajarkan mereka, ketika kami memperkenalkan diri, anak-anak harus mengatakan "Halooo Kak Hanif..." sampai kami semua memperkenalkan diri. Lalu kami bertanya kepada mereka masing-masing yang sebenarnya kami tidak dapat mengingat semua anak-anak disana.
Kira-kira dari usia 4-12 tahun, dengan polosnya mereka belajar dan berusaha memahami kertas pelajaran yang kami bawa. Kami membawa sejumlah urutan alfabet atau huruf-huruf dengan warna yang menarik, anak-anak umumnya disana tidak bersekolah sehingga kita cukup menguras kesabaran untuk mengajar mereka.
Day 2: Belajar Matematika
Minggu, 17 mei 2015 ( 08.00-11.00 wib)Saya mencoba mengajarkan bagaimana tekhnik yang mudah dalam menghafal pembagian yang sebenarnya hanya pembolak-balikan angka dari perkalian. Merasa saya sudah cukup mengajarkan dia, saya mulai menguji kemampuan dia dalam mengerti apa yang saya ajarkan ketika itu saya bertanya 56:8=..? dan dia mulai berpikir, lalu dia mulai berdiri dan membuat alasan "Kak sebentar ya saya mau kesitu dulu" saya perhatikan langkahnya dan saya melihat dia mengobrol dengan temannya dan melihat buku, iya benar, buku bersampul coklat yang ada perkalian dan pembagiannya. Lalu ketika sudah mengetahui, dia membalikan badan lalu kembali duduk di samping saya dan dengan bangganya mengucapkan "7 kan..!" Saya hanya tersenyum geli melihat tingkah laku anak itu. Saya cukup kagum dengan anak-anak disana walaupun mereka tidak bersekolah, walaupun mereka hanya menunggu orang untuk datang mengajarkan mereka mereka tetap mengetahui bahwa belajar itu adalah hal yang penting.
Day 3: Belajar Bahasa Inggris
Hari : Minggu, 24 mei 2015 ( 08.00-11.00 wib)"One...Two...Three...Four" Begini Nunung...
Belajar bahasa asing merupakan cara untuk melatih sensorik dan motorik kita melalui gerakan-gerakan yang umum, kita bisa menggunakan strategi-strategi yang menarik untuk memancing mereka menghafal bahasa Inggris, belajar bahasa sebenarnya tidaklah sulit namun harus diubah menjadi sebuah kebiasaan dalam berbicara. Dengan tugas TFI ini kami dengan semangat mengajarkan mereka bahasa Inggris, malahan ada anak yang sudah bisa mengajarkan
Antusias mereka yang selalu berteriak "Kakkk benar gak kayak ginii??" membuat kami membagi perhatian kami yang terbagi dengan anak ini dan anak yang lainnya. Tiba-tiba terpikir di benak saya untuk mengajarkan dengan lagu untuk melatih kemampuan verbal mereka sambil menggandeng tangan anak kecil itu dan ternyata anak itu tidak berhenti untuk tersenyum dan tertawa.
If you’re happy and you know it clap your hand / step your feet / shout “hurray” / do all three (2x)
If you’re happy and you know it
And you really ought to show it
If you’re happy and you know it
Clap your hand
Day 4: Bermain dan Hari Terakhir
Hari : Minggu, 31 mei 2015 ( 08.00-11.00 wib)
Hadiah. Tidak ada anak yang tidak menyukai hadiah, hari terakhir kami disini, sebagai tanda terimakasih kami kepada anak-anak kami bermain serta membagikan hadiah kepada mereka. Kami datang dengan 30 Makanan yang telah kami siapkan untuk kita bagikan kepada mereka. Bukan hanya mereka yang gembira ketika kita bagikan tetapi senang melihat mereka dengan antusiasnya dan berebutan untuk mendapat hadiahnya duluan.
Setelah selesai membagikan hadiah, kami lanjut bermain, terutama pada anak laki-laki yang notabene menyukai permainan sepak bola, panas matahari di kala itu tidak terlalu membuat kulit hitam mereka tapi kucuran keringat mereka menandakan bahwa mereka sangat menyukai bermain bersama Ire dan Hanif, seperti anak-anak yang sudah terbiasa main bersama mereka saling mengoper dan berbagi bola satu sama lain sedangkan kami para perempuan hanya melihat dan memberi dukungan kepada mereka agar tetap semangat
Perpisahan banyak mengajarkan kepada kita bahwa pertemuan itu adalah sebuah kenangan.
Tugas kami ini banyak sekali mengajarkan hal bahwa kami harus bersyukur dapat sekolah, dapat belajar, dapat makan dan hidup yang layak. Mungkin ketika tidak adanya tugas ini kami tidak akan terpikir untuk menginjak ke daerah pemukiman yang tidak pernah dipadang manusia.
Seperti halnya mereka belajar dari kami, kami juga dapat belajar dari mereka. Tidak semua hidup itu belajar dari sekolah namun belajar itu ketika kita melihat mereka belajar.
Selama ini mungkin kita berfikir ketika kita melihat yang tidak benar kita seenaknya menyalahkan pemerintah, namun ketika dari diri sendiri tidak ada niat untuk berpartisipasi untuk turun langsung ke lapangan maka kita memang dari sananyalah bahwa negara kita kurang bersatu dan bersosialisasi kepada anak-anak yang kurang mampu.
Terimakasih:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar